Aksi Menjaga Desa

Aksi Menjaga Desa


Gubraaaak 
Aku terjatuh dari atas tempat tidurku yang nyaman. Aku kaget, dan belum bisa berfikir dengan baik karena kesadaranku belum kembali seutuhnya. Saat ku buka mata sudah ada seseorang di depanku, yang berdiri tegap sembari marah-marah. 

Kuperhatikan baik-baik oh ternyata itu Tora yang sedari tadi berusaha membangunkanku " woi kamu ini susah banget dibangunin, dari tadi di goyang-goyang, belum juga bangun. Untung ranjangmu ini sudah lapuk dimakan usia, jadi sekalian saja ku patahkan kaki tempat tidur ini agar kamu bangun" "kenapa sih orang lagi enak-enak tidur juga dibangunin" kataku.

" kamu enak tidur, aku dari tadi, udah siap-siap. Sekarang giliran kita, untuk patroli" ujar Tora 
"oh iya ya, hari ini kan kita jadwalnya, okelah kalau begitu, tunggu bentar aku cuci muka dulu" jawabku. 

Sambil membersihkan wajah, ku ingat insiden yang baru saja terjadi, "sialan Tora gara-gara dia tempat tidurku jadi rusak, tidak bisa diperbaiki lagi sebab kondisinya sudah lapuk dan rapuh padahal ranjang itu adalah peninggalan dari kakekku" gumamku dalam hati.

Kami adalah salah dua dari beberapa pemuda-pemuda yang ditugaskan oleh kepala desa untuk menjaga keamanan di desa.

"Cepetan woy, cuci muka aja lama banget kayak perempuan". Teriak Tora dari luar "iya sebentar ini udah selesai enggak sabaran amat" jawabku menimpali dari dalam.

Sesampainya di luar kubilang pada Tora ngopi dulu yuk sebelum kita berangkat patroli.
Tora "ngga bisa kita ini sudah hampir terlambat, kalau mau ngopi lagi, kita bakal benar-benar telat  dan dapat hukuman. 
"Begini loh maksudku, kita ngopi bukan untuk duduk-duduk santai. Tapi untuk membahas apa yang akan kita lakukan di patroli kali ini. 
Tempat mana yang mau kita datangi." Bujuk ku kepada Tora.

Sruut sruuut sruutt suara Tora meminum minum kopi hitam tanpa gula yang baru saja ku buat.
Berdasarkan pemberitahuan, dari teman-teman yang patroli sebelum kita, ada suatu hal aneh, di dekat sungai yang mengarah ke hutan." "ayo kita selidiki ke sana, takutnya, hal itu berbahaya untuk orang-orang yang tinggal di desa." kata Tora. "oke sepakat, habisin tuh kopimu baru kita jalan". 

Kami pun, pergi dengan membawa parang, perisai dan obor. Malam itu kami berdua menyusuri desa sampai ke hutan. Tibalah kami di pinggir sungai, yang diberitahukan oleh teman kami, dari kejauhan terlihat, ada sebuah perahu di sana yang cukup besar. Curiga, kami berdua mendekat secara perlahan-lahan, kuperhatikan dengan saksama, perahu ini bukan berasal dari seiktar sini. 

Perahu ini cukup besar, panjangnya mencapai 15 meter, dengan lebar 4 meter, dan tinggi 2 meter. Kata Tora "perahu macam apa ini, baru pertama kali aku melihat model perahu seperti ini. Bagian atasnya tertutup, tidak ada orang di atasnya, hanya besi berbentuk kotak tinggi, yang memiliki kaca bundar di tengahnya".

Aku menimpali "aneh ya, ayo kita coba cari pintunya, dan melihat, ada apa di dalam." 
"di sana ada ada besi yang bentuknya seperti gagang pintu ayo kita cek." jawab Tora. 
Pintu ku buka dan woow di dalamnya ada banyak hal yang baru pertama kali ku lihat. Ada kaca kecil, berbentuk kotak seukuran mata, yang kalau kita melihat dari sana kita bisa melihat keluar dengan jelas. Kami juga menemukan beberapa senjata, dan tabung kaca berukuran besar yang sudah pecah, tapi tak ada seorangpun di dalamnya. 
Kata Tora "ayo kita sudahi saja penyelidikan ini, dan laporkan apa yang kita dapatkan, ke kepala desa."

Dalam perjalanan menuju ke desa di tengah-tengah hutan kami di kejutkan oleh sesosok  manusia, mengenakan baju putih, yang ternodai oleh warna merah. Berusaha berlari tergesa-gesa, dengan kaki yang sedikit pincang, dan tubuh berlumuran darah. Penasaran kami pun coba mendatanginya. Teriak Tora "wooi berhenti jangan lari," tapi orang itu malah makin mempercepat larinya. Ku coba melemparkan batu ke arahnya, untuk memperlambat pergerakanya. Dia pun terjatuh terkena lemparan batu dariku. Kemudian kami berhasil mendatanginya, kami keluarkan senjata yang sedari tadi ada di pinggang, sembari berkata "berhenti jangan lari lagi, dan jangan coba macam-macam, atau parang di tangan kami ini,  akan membuat, semua darah dalam tubuhmu keluar." kataku. 

Pria ini berseragam putih, badannya tinggi tegap sekitar 180 cm, berkulit putih, berumur sekitar 30 tahunan. Dia membawa satu kotak aneh berukuran kecil di tangan kanannya. Dengan wajah yang kelelahan, keringat bercucuran, bercampur darah dari pelipis matanya, dia berusaha menjawab pertanyaan kami. 

Tora memulai introgasi "kenapa di sekujur tubuh penuh darah?" 
pria itu menjawab "aku telah diserang oleh temanku sendiri." 
"kenapa bisa kamu diserang kan kalian berteman" tanya Tora lagi. 
"kami bertengkar, ribut besar, dan inilah hasilnya." jawab orang itu. 
"Jadi ke mana temanmu sekarang?" tanya Tora.
"dia pergi entah kemana, setelah membuatku seperti ini". Dalam hati pria itu, jangan sampai orang-orang ini tahu, kejadian yang sebenarnya, bisa bahaya jika aku ketahuan.
Tora melanjutkan introgasi "ini air minum lah, dan gunakan untuk membersihkan luka luka di tubuhmu." "Kamu berasal dari mana? dan kenapa bisa sampai ke sini? 
"aku berasal, dari tempat yang jauh sangat jauh, aku bisa di sini, karena perahu yang kugunakan, sedang mengalami kerusakan."
lalu bergantian dengan Tora sekarang aku bertanya padanya "kotak apa yang ada di tanganmu itu? modelnya sedikit aneh." 
Jawab pria itu "ooh ini, bukan apa apa, ini cuma kotak biasa mungkin sedikit aneh, karena kalian tidak pernah melihatnya di sini. Di tempat asalku hampir semua orang punya ini." 

Kami pun membantunya berdiri dan membawanya ke desa, untuk mengobati luka-lukanya, dan mencari informasi lebih dalam tentang dirinya. 

Sampai di desa pria itu bilang namanya Kurt, berasal dari pulau tenrou. dia bilang di tempat asalnya peradaban sudah sangat maju, khususnya di bidang teknologi dan medis.
"Aku terkejut, ternyata di dunia ini masih ada suku-suku terpencil seperti kalian, yang tidak berbaju bertelanjang dada, hanya menggunakan celana pendek, tidak menggunakan alas kaki, dan menggunakan ikat kepala." kata kurt. 
Ku jawab "iya karena kami bagian dari suku pedalaman, yang menolak adanya teknologi,dan hidup berdampingan dengan alam."
Kurt penasaran "loh kenapa? adanya teknologi kan memberikan banyak kemudahan untuk kita. 
lalu ku jawab "iya tapi bagi orang-orang seperti kami, yang menggantungkan hidupnya kepada apa yang kami yakini, dan berteman dengan alam. Teknologi hanya pembawa kerusakan." "Dulu aku pernah mencoba keluar dari hutan ini, dan pergi ke kota, sebab aku penasaran apa yang ada di luar hutan ini. Kalian berdua tahu apa yang aku lihat di sana ,ada banyak hutan beton, banyak besi-besi beroda empat berlalu-lalang, banyak asap yang menyesakkan pernafasan."
Kurt bertanya "lalu apalagi yang kamu lihat yang kulihat?" 
"selanjutnya adalah salah satu hal yang paling membuatku sedih. Di kota bukit-bukit digunduli hutan-hutan ditelanjangi flora dan fauna banyak yang mati karena kehilangan habitat asli."
Sedang asik bercerita mendadak Tora memotong pembicaraan "stop dulu sesi curhat nya. Dengarkan baik-baik, terdengar suara teriakan dari arah hutan." 

aaaarrhhh aaaarrhhh aaaarrhhh bunyi suara itu "apa itu? tidak terdengar seperti suara orang." Kataku.
Kurt yang mendengar teriakan itu mendadak wajahnya menjadi pucat pasi, badannya gemetar, ekspresi wajahnya ketakutan. 
Tora bertanya "ada apa? kenapa wajahmu seperti itu? apa kamu tahu sesuatu. 
Kurt hanya menjawab "tidak, tidak, aku tidak tahu apa-apa, jangan ganggu aku." 

Ku putuskan untuk pergi mengecek ke tempat suara itu berasal dan meninggalkan Kurt bersama Tora. 

Tora mencoba menenangkan Kurt dan berusaha menggali informasi, sepertinya dia tahu sesuatu mengenai suara tadi. Dengan keahlian hipnotis yang dia pelajari dari kepala desa, Tora berhasil membuat Kurt menjadi tenang dan menjawab semua pertanyaan. Termasuk kontak yang berada di tangan kanannya. Kurt pun menceritakan kejadian sebenarnya. Mulai dari kapalnya yang rusak, sampai kenapa dia bisa berlari dalam kondisi berdarah-darah.

Dia ditugaskan untuk mengantarkan subjek penelitian dari kota Tenrou ke kota Yorki. Subjek penelitiannya adalah manusia, yang sudah diberikan berbagai macam bahan kimia kedalam tubuhnya. Tujuanya untuk membuat prajurit terbaik dan terkuat. Namun sayang, ternyata hasil dari penelitian tersebut gagal, bahan-bahan kimia yang tercampur di badannya, malah bermutasi menjadi virus, hingga membuat orang itu berubah menjadi jadi makhluk asing yang tidak terlihat seperti manusia. Akal dan pikirannya hilang, bentuk tubuhnya berubah, yang dia mau hanya memangsa apapun. Mahluk hidup yang terkena oleh gigitannya, akan tertular, lalu berubah menjadi makhluk asing seperti dia.Cara satu-satunya untuk menghentikan dia adalah dengan melenyapkannya karena saat ini belum ada vaksin yang mampu menghilangkan virus itu. 
"Tora kau lihat kotak di tanganku, kotak ini berisi obat penawar virus, tapi sifatnya hanya sementara, bila kotak ini kuberikan pada orang lain, maka aku akan mati, karena bagian tanganku sudah digigit oleh nya. Apakah Ray tidak apa-apa? karena dia pergi mengejar makhluk itu sendirian." Kata Kurt
"Tidak usah khawatir, walaupun mukanya selalu berekspresi datar, seperti tembok, dan matanya bagaikan mata ikan mati, yang tak pernah ada semangat hidup, di desa ini dia adalah petarung terkuat." 

Setelah mendengar semua keterangan dari Kurt dengan hipnotisnya Tora membuat dia tertidur untuk mengembalikan stamina dan menyembuhkan luka-lukanya.

Kudengarkan suara itu dengan saksama,  berusaha mencari di mana tempatnya berasal. Pelan-pelan ku coba mendekat, ternyata suaranya berasal dari dalam hutan. Ku cari pohon tinggi lalu memanjat keatasnya, dalam gelap malam yang diterangi sinar bulan. Aku melihat sesosok makhluk aneh mengerikan, aku tidak tahu namanya karena baru pertama kali ku lihat yang seperti itu. Perawakannya seperti manusia, tapi cara jalannya aneh wajahnya pun aneh, tatapan matanya kosong, kulitnya putih kebiru-biruan, wajahnya penuh darah, mulutnya selalu terbuka, kedua tangannya terangkat ke depan lurus setinggi dada. Menyerang apapun yang ada di depannya, kulihat dia menyerang, beberapa anjing yang mendatanginya. Cukup lama aku melihat pemandangan aneh itu, sebab anjing-anjing yang telah digigit olehnya mati. Tapi beberapa saat kemudian anjing-anjing itu kembali berdiri, dengan perut robek, berjalan mengikutinya.

Dalam hatiku bahaya ini kalau sampai ke desa, akan banyak penduduk yang jadi korban. Ku putuskan mengatur strategi untuk menyergapnya, aku turun dari atas pohon berpindah mencari tempat yang lapang agar bisa menyerangnya.

Kuarahkan parangku ke tangan kanannya dan berhasil memutuskan tiga jari. Saat aku hendak menyerang lagi, ketiga anjing yang mengikutinya mencoba menyerangku, aku pun melompat ke belakang, menghindari gigitan mereka. Akan berbahaya bila aku sampai terkena serangan itu. Mereka maju mendatangiku, Ku perbaiki kembali kuda-kuda kedua kakiku, agar tidak goyah. Mulai ku baca mantra-mantra, dan menyayat sedikit tanganku, untuk meneteskan darah ke atas parang, agar bisa menghidupkan kekuatan yang tertidur di senjataku.

Menggunakan indra keenam, aku berbicara dengan mahluk dunia lain yang bersemayam di dalam parangku. 

Aku berkata padanya "bantu aku kali ini, berikan aku kekuatanmu, untuk mengalahkan musuh-musuh yang ada di depanku." 
"baiklah, aku akan membantumu, karena kamu telah memberikanku darahmu." 
Lalu ku buat parangku terbang, memenggal leher, semua anjing yang berada disekitar makhluk itu.

Sekarang yang tersisa hanya dia, dengan gerakan berputar ke bawah  ku tebas kedua kakinya hingga agar tidak bisa berjalan. Lalu kuarahkan parangku ke atas, di kedua tanganya, dia berusaha menggigitku. Namun aku sempat menghindar ke sebelah kanan, kemuadian dengan sekuat tenaga potong bagian lehernya, hingga terbagi dua.

Akhirnya mahluk mengerikan ini lenyap ucapku, tak lama kemudian aku tertidur didekat mahluk itu karena kelelahan.

"Ray Ray Ray" panggil Tora berusaha membangunkanku. 
"hari sudah pagi ngapain masih tidur di sini?" kata Tora 
Ku jawab "tuh lihat, monster macam apa yang ku lawan tadi malam," 
Tora berkata "aku tahu kok Kurt sudah menceritakan semuanya kepada ku." 
"Hai Ray maaf merahasiakannya darimu, hari ini aku mau kembali ke sungai memperbaiki perahuku. Agar bisa pulang kembali ke tempat asalku" sapa Kurt.
"oke kalau gitu, biarkan kami berdua menemani sampai ke perahumu." Kata Ray.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.