Bersama Lebih Asyik

Apa yang kamu pikirkan saat menggigit makanan favoritemu? Kalau aku mengingat potongan potongan cerita saat duduk bercengkrama sambil menggigit makanan yang sama.

Bersama Lebih Asyik

Seharusnya aku tak terbujuk semudah itu.

Aku tersenyum membayangkan diriku yang kecil berlarian menghampiri kakakku Rafa, yang jarak usianya terbentang 10 tahun diatasku.

“kakakk…. “ aku berteriak sambil melemparkan tubuhku ke pelukannya.

Ya,, sebesar itulah rasa rinduku pada kakakku… dulu. Kakakku melanjutkan studinya diluar kota sejak dia lulus dari sekolah dasar. Kira kira aku masih berumur satu tahun tapi kita sudah menjalin hubungkan kakak beradik secara jarak jauh. Maka dari itu aku selalu antusias saat dia kembali ke rumah.

Aku tiba tiba jadi tertawa, karena teringat sifat manja Safina kecil, itu aku, berubah menjadi sangat jahil saat dia menjadi anak abg. Masih dalam hubungan kakak beradik jarak jauh, setiap ada kesempatan bertemu dengan Rafa, aku selalu saja menjahilinya. Mengambil snack kesukaannya, menaruh barangnya ditempat tak terlihat, mengadukan hal hal aneh tentangnya pada orang tuaku, sampai akhirnya aku juga yang akan merajuk.

Disaat sudah ada yang merajuk, ayahku selalu datang membawa makanan kesukaanku dan Rafa. Tak perlu ditanya lagi aku dan Rafa pasti langsung menyatakan hak milik pada tiap potong yang ada dihadapan kami. Namanya juga anak anak, mudah saja terbujuk dengan makanan enak. Sungguh menggemaskan saat mengingatnya.

Sejak saat itu Rafa menggunakan trik yang sama saat aku mulai merajuk entah tentang apapun.

Tapi tiba-tiba mataku mulai memanas, aku teringat saat kami sudah mulai sama-sama menjalankan aktivitas kami di kota yang sama, Jakarta, meskipun kami masih makan diatas meja yang sama, namun tak ada satu pun hari tanpa rasa dengki yang kusimpan untuknya. Selalu menganggapnya merendahkanku, selalu melihatnya meremehkanku, selalu merasa kalau dia menekanku. Bahkan aku selalu merasa dia merutuki tiap langkah yang aku buat.

Air mataku mulai menetes, aku tersedu, terngiang dikepalaku kata-kata ibuku saat menyaksikan kakakku mengucapkan ijab qobul, “kakak kamu tuh yang nabung buat beli laptop kamu”. Saat itu aku mulai tersadar bahwa kami saling menyayangi, tapi kami tak mengerti satu sama lain, tak mengerti apa yang harus kami lakukan untuk saling mendukung.

Sekarang aku sudah tak ada waktu untuk bergantung padanya. Dia sudah memiliki buah hati yang harus dia kasihi. Tapi selalu ada waktu untuknya berkata padaku “kita masih bisa makan Pizza Hut bareng kok heheheh”. Yaa.. Pizza Hut yang selalu saja bisa meredam amarahku saat aku merajuk bahkan menghapus air mataku saat kenangan sedih menghampiri.

“eh fin, ngapain lo ngelamun ampe sembab gitu? Cepet buka tuh kotaknya”

Aku tersentak, sadar dari lamunan panjangku, teguran teman sekamarku yang sedang menyiapkan banyak hidangan dari Pizza Hut, menghentikan rekam memoriku dan membangunkan rasa laparku.

“ iya iya.. sabar dongg” sambil tersemyum aku membantunya menyiapkan hidangan yang akan kami makan sambil menonton bersama yang lainnya.

Pastinya Pizza Hut yang selalu enak dimakan rame-rame, ditemani ribuan cerita indah, sedih, bahkan horor yang menyelingi. Gak hanya menggigit roti dengan berbagai topping diatasnya, kamu juga bisa merasakan berbagai pasta kesukaanmu. Mudah aja kok, tinggal tekan 500 600 lalu pilih pesananmu dan tunggu bel rumahmu berbunyi. Atau bisa dipesan melalui aplikasi Pizzahut.com.

Eh tapi jangan makan sendirian ya.. Gak asyik.

Selamat Menikmati!!

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.