Doa Cinta Seorang Anak Punk

Tuhan tidak pernah memilah-milah, ke tampang seperti apa gerangan kelembutan hati Ia suburkan untuk bersemi.

Doa Cinta Seorang Anak Punk
Viralkan foto ini, agar kelembutan hati tersebar di sekeliling kita.

“Tuhan tidak pernah memilah-milah, ke tampang seperti apa gerangan kelembutan hati Ia suburkan untuk bersemi.”

Minggu pagi akhir Januari, di Kota Bekasi. Hujan tak jua berhenti sejak pukul 4 pagi. Ruas jalur protokol Jalan Ahmad Yani pun masih sepi. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul 6.00, saat ketika kegiatan Car Free Day Kota Bekasi biasa dimulai.

Pukul 7 lebih masih juga lengang. Hanya sekelompok pesepeda yang tampak beriringan. Hujan memang sudah mulai reda. Akankah orang-orang lebih memilih untuk menikmati dingin di rumah saja.

Ah, ternyata tidak. Begitu awan Kota Bekasi betul-betul sudah kehabisan stok air hujan, seperti laron, orang-orang mulai berdatangan. Mereka tak rela membiarkan ritual kegembiraan Minggu pagi itu harus begitu saja pergi.

 

“Seperti puisi, kali ini, keindahan tak Tuhan hadirkan lewat huruf-huruf yang dituliskan mahluk berhati lembut bernama penyair. Di pagi ini, Tuhan mendatangkan keindahan dengan cara lain.”

 

Persis di kerumunan arah jembatan Summarecon, tiba-tiba ada sebuah gelaran yang menarik perhatian. Orang-orang yang sedang berlari atau jalan santai, terhenti sejenak dan menghampirinya. Ternyata, ada sebuah frame besar berbentuk template Instagram, berdiri dengan space bolong di tengahnya. Di balik space bolong itulah, orang-orang berfoto ria. Ada yang selfie, foto bersama Ibu, Ayah, atau teman-temannya.

Di bawah frame itu, ada ajakan serupa caption, berbunyi: “Bersama Better Hearing Indonesia, ungkapkan rasa cinta dan terima kasih Anda pada orang tua.”

Para pengunjung pun ramai-ramai berpose, dengan pesan puitik di bubble talk yang sudah disediakan panitia.

Banyak energi baik bertebar di sini. Banyak momen yang bikin hati tergetar tampak di sini. Misal, seorang pria tegap memapah lembut Ibunya, berjalan pelan ke balik frame. Mereka berpose bersama. Si anak tampak begitu gagah mengawal Sang Ibu, dengan bubble talk di tangannya: “Ayah adalah Matahariku. Ibu adalah Bumiku.”

Di pose lain, seorang wanita mengungkapkan ekspresi dirinya dengan memegang bubble talk berbunyi: “Terima kasih Bunda. Sudah melahirkanku, Merawatku, Mendoakanku.”

Seorang wanita lain, girang setelah mengantre dan mendapat giliran. Di sela lantunan lagu “Ibu” dari Iwan Fals, ia meneteskan air mata. Tangannya memegang bubble talk, dengan tulisan berbunyi, “Aku Kangen Ibu”. Entah Ibunya jauh di sana, atau entah di mana. Tapi pastinya sudah lama mereka tak bersua.

Yang paling menggetarkan adalah hadirnya seorang Punker. Usianya sekitar 30 tahunan. Tubuhnya dipenuhi tattoo. Tangannya, lehernya, bahkan hingga bagian muka, berisi tattoo semua. Sisi alis, hidung, dan bagian bawah bibir, dipenuhi tindik. Demikian juga kupingnya. Tampang Anak Punk ini betul-betul mencolok bahkan di tengah kerumunan yang banyak sekalipun.

Punk adalah salah satu “ideologi” anak muda yang mengusung paham anti kemapanan. Punk lahir di Inggris. Ekspresi sikap Punk disuarkan lewat musik dengan lirik sarkas penuh sindiran dan protes; lewat gaya hidup seperti potongan rambut Mohawk ala Suku Indian, atau gaya feathercut dengan warna wantex yang terang. Seluruh tubuh bahkan sampai muka penuh dengan tattoo dan tindik. Cara berpakaian mereka pun unik. Mereka biasanya memakai sepatu booth, celana jeans ketat belel yang dirobek-robek,  rantai motor, kaos dan jaket kulit. Di mata masyarakat, mereka cenderung dicitrakan negatif dan destruktif.

Tapi, di Car Free Day Kota Bekasi, gambaran ini berbanding terbalik. Si Anak Punk tadi malah beberapa kali terlihat mengalah dalam antrean. Ia mempersilahkan orang yang lebih tua darinya tapi ada di antrean belakang, untuk lebih dulu mendapatkan giliran.

Di balik tampangnya yang sangar dan menyeramkan, ternyata tersimpan kelembutan.

Puncaknya, ketika akhirnya ia mendapat giliran untuk mengekspresikan perasaannya. Ia lama memilih pesan di bubble talk yang sesuai dengannya. Lalu tangannya mengambil salah satu bubble talk yang berwarna biru.

Si Anak Punk dengan sopan menyodorkan HP, meminta panitia untuk memotretnya. Lalu adegan mengharukan pun terjadi. Cklek! Cklek! Cklek! Semua orang takjub memperhatikannya. Bahkan beberapa orang di antara pengunjung ikut mengabadikan pemandangan unik ini.

Raut Si Anak Punk tampak begitu bahagia. Tangannya yang  penuh tattoo, kukuh memegang  pesan yang ada di bubble talk. Pesan yang sangat paradoksial dengan penampilannya yang sangar. “Selalu Ada Ibu di Hatiku.” Begitu bunyinya.

Senyap jauh di lubuk hati, perasaan orang-orang di sekeliling Anak Punk ini tergerus. Di antara senyumnya, si anak Punk ini menitikkan air mata. Jalanan basah bekas deras hujan tadi pagi, membuat rasa haru semakin menjalar.

Lantunan lagu Iwan Fals yang dari tadi diputar berulang, tiba-tiba petikannya terdengar begitu jelas:

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu

Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku

Dengan apa aku membalas... ibu...ibu ....

Seperti udara... kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Begitu kuat ikatan perasaan dengan seorang Ibu. Bahkan di balik sosok sangar seorang anak Punk yang kerap dikira keras dan kasar, ada nama Ibu yang mampu melembutkan hatinya.

***

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.