7 Cara Kreatif dan Murah Menjamin Ketahanan Pangan Keluarga di Masa Pandemi

Tujuh cara yang bisa dicoba untuk memastikan ketahanan pangan kita.

7 Cara Kreatif dan Murah Menjamin Ketahanan Pangan Keluarga di Masa Pandemi
Kelor si superfood, petik dari pohon di halaman. (Foto: rase)

Memastikan ada makanan di rumah adalah kebutuhan survival nomor satu di masa pandemi. Wabah yang berlangsung hampir dua tahun ini benar-benar memperburuk kondisi ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Entah berapa juta keluarga di negara kita yang terancam ketahanan pangannya. 

Meskipun anggaran belanja kena potong demi pengiritan, ketersediaan makanan berkualitas sebisa mungkin jadi poin yang harus diusahakan. Berikut ini tujuh cara yang bisa dicoba untuk memastikan ketahanan pangan kita. 

Menanam KelorJahe dan Serai
Menanam di pekarangan atau di pot adalah saran yang jauh sebelum pandemi selalu didengungkan. Hanya saja, banyak orang tidak melakukannya. Tidak ada kata terlambat, kini saatnya menanam, mumpung bentar lagi musim hujan. Nggak usah bingung mau nanam apa atau gimana cara nanamnya.  

Tanam pohon kelor! Kelor, atau nama kerennya moringa, diakui dunia sebagai superfood. Nanamnya gampang banget. Pohon kelor pertama yang saya tanam berasal dari cangkokan pemberian tetangga. Dari pohon pertama ini, saya potong batang dan tanam jadi pohon kedua, ketiga dan seterusnya hingga saya punya enam pohon kelor. Memang memelihara pohon kelor agak ribet. Tabiat pohon ini tumbuh menjulang tinggi ke atas. Kita perlu rajin potong batang supaya tidak terlalu tinggi, yang menyulitkan untuk memetik daunnya. Kita bisa bagikan potongan batang kepada tetangga, teman dan orang lain. Makin banyak orang bisa konsumsi superfood ini. Asyik, kan?

Tanam jahe dan serai. Kedua bahan ini cocok diracik jadi minuman untuk bantu menguatkan imunitas tubuh. Ada beberapa jenis jahe, yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Untuk mendapatkan bibit jahe dan serai, kita sisihkan saja beberapa saat beli dari pasar, lalu tanam. Jika memungkinkan, pilih jahe yang sudah tumbuh tunas, atau serai yang ada akarnya. Ini akan mempercepat tanaman ini tumbuh ketika dimasukkan ke tanah. Saya menanam jahe langsung di tanah supaya tanaman happy. Hanya saja, ketika panen saya kesulitan menggali tanah ngambil rimpang jahe. Lain kali saya pengen nyoba nanam jahe di pot. 

Kreatif Mengolah Makanan
Kadang kita berlebihan memakai bahan makanan. Salah satunya adalah telur. Menggoreng apa saja ditambah telur. Padahal, fungsi pengikat dari telur bisa kok diganti yang lain, atau bahkan dihilangkan. 

Saya selalu mempertanyakan peran telur dalam banana bread. Sudah ada pisang, masih ditambah telur. Itu ibarat sudah gaharu, cendana pula. Cobalah bikin banana bread tanpa telur, dijamin aman-aman saja. Bahkan bisa jadi suguhan buat teman yang vegan. Saya tidak pernah bikin banana bread pakai telur.

Saking ngiritnya di masa pandemi, sampai nggak pernah lagi beli es krim? Jangan sedih dan khawatir. Bekukan saja potongan pisang matang dalam freezer, kemudian blender. Jadi, deh, es krim! Itu es krim kategori premium, lho, karena bisa banget dilabelin sugar free, dairy free, serta vegan. 

Kreatif Berbelanja
Kita harus jeli ketika membeli bahan makanan, supaya barang yang diperoleh benar-benar dibutuhkan. Beli di pasar memang harganya lebih murah daripada beli di tukang sayur. Namun, sesuaikan juga dengan jumlah orang dalam keluarga. Saya lebih sering berbelanja sayur di tukang sayur, karena memungkinkan untuk beli ngecer. Meskipun bayam seikat harganya Rp 4.000 di tukang sayur, saya beli setengah ikat saja. Buat kami yang cuma berdua di rumah, satu ikat bayam bakalan bikin kami empat hari berturut-turut makan bayam. Kami berdua ini tidak ada urusan sama Brutus, jadi tak perlu juga jadi Popeye lah.

Di pasar, kita bisa kok dapat harga yang murah bahkan gratis asal tahu caranya. Demi bikin banana bread itu tadi, saya perlu pisang yang sudah matang. Dalam bahasa Jawa disebut dalu. Nah, jangan malu untuk beli pisang dalu. Beli pisang dalu Rp 10.000 buat saya cukup untuk bikin banana bread 2 resep. Tak jarang, ada penjual malah ngasi gratis. Mereka justru senang ketika bisa ngoper buah-buahan yang terlalu matang berpenampilan tak menarik ke kita. 

Menerapkan Zero Waste
Zero waste ini sebuah istilah yang menurut Google ditemukan oleh seorang perempuan yang tinggal di Amerika sana beberapa tahun lalu. Padahal zero waste sudah dipraktekkan oleh nenek-nenek kita zaman dulu. Contohnya, usai membersihkan buah nangka, mereka menyisihkan biji nangka untuk kemudian direbus dan viola jadi snack. Biji nangka rebus ini konon banyak kandungan protein, lho.

Sekarang pun kita masih bisa banget kreatif seperti nenek moyang. Ketika saya menyiapkan santan dari parutan kelapa, ampas kelapa parut ini tidak saya buang. Tinggal dibuatkan bumbu dan campurkan, lalu bentuk bulat.Dibungkus daun pisang dan kukus, atau bisa juga digoreng. Jadilah perkedel kelapa yang di Jawa sering disebut rempah.

Semangat zero waste ini sebaiknya juga kita terapkan lebih luas, agar kita ingat untuk tidak menyia-nyiakan makanan. Semoga Kamu bukan salah satu tamu pesta pernikahan penyumbang food waste. Entah data terbaru seperti apa, tetapi data terakhir menunjukkan bahwa Indonesia adalah urutan kedua dunia urusan food waste. Kita harus menghapus ranking yang menyedihkan itu, bukan?

Menjadi Vegetarian
Sudah setengah umur saya sekarang saya tidak makan daging. Ketika mengetahui bahwa saya vegetarian, banyak teman sambil tertawa menyatakan bahwa mereka juga vegetarian saat tanggal tua. Haha. Selain alasan kesehatan dan lingkungan, memang menjadi vegetarian adalah sebuah penghematan. 

Sejak pandemi, ada banyak orang di dunia beralih menjadi vegetarian, bahkan vegan. Sebenarnya tidak perlu juga melabeli diri sebagai vegetarian jika tidak nyaman. Bahkan tidak perlu juga selama 7/24 menjadi vegetarian. Namanya flexitarian. Ini salah satu jenis vegetarian, yang memiliki fleksibilitas dalam mengonsumsi daging dan produk hewani.

Mengatur Pola Makan
Banyak orang mengharuskan diri mengikuti pola makan tiga kali sehari. Pada kenyataannya, untuk urusan survival, orang tahan tidak makan dibandingkan tidak minum. Jika terpaksa, orang bisa makan sehari dua kali atau sehari sekali. Kuncinya adalah memperhatikan asupan gizi dan jumlah kalori. Itulah yang kita lakukan ketika kita berpuasa, kan?

Lebih dari sebulan terakhir ini, saya mempraktekkan yang namanya intermittent fast. Ini jenis puasa yang membatasi jendela makan. Saya memilih jendela makan 8 jam. Artinya, kesempatan saya makan saya batasi 8 jam. Saya hanya makan secara bebas di antara waktu dari pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore. Di luar itu saya tidak makan. Minum pun terbatas yang tidak berkalori, seperti air putih, teh atau kopi tanpa gula. 

Saya menikmati diet ini, karena saya berhasil mengurangi makan berlebihan. Dulu biasanya, sambil ngetik di larut malam bahkan dini hari, saya mengunyah camilan dan minum susu coklat. Tentu saja ini jauh dari kategori sehat. 

Mengubah Mindset
Alih-alih merasa sedih dan prihatin dengan tight budget untuk urusan makan, kita justru bisa berpikir positif. Pandemi justru kesempatan buat kita untuk konsisten dengan gaya hidup lebih green dan cinta lingkungan dengan zero waste. Kita bisa mengeksplorasi menu dan masakan dengan kreatif, tanpa mengabaikan asupan nutrisi.

Pandemi juga kesempatan kita belajar berhemat, sambil tetap sehat. Saya jadi lebih sering memasak makanan jenis one pot. Daripada memasak sup sayur dan tahu goreng, saya cemplungin saja tahu di dalam sup sayur. Artinya ngirit minyak goreng, tenaga masak, gas, serta tenaga nyuci peralatan setelah masak dan makan. Lumayan hematnya, kan?

Satu lagi yang perlu kita sadari, bahwa makan itu untuk hidup, bukan sebaliknya. Ini prinsip yang selalu diingatkan. Sayangnya orang justru kalap lihat makanan. Yang terjadi seringnya adalah lapar mata karena tidak tahan melihat makanan, atau lapar mulut karena ingin sesuatu untuk dikunyah.  You’re what you eat. Ini patut kita pegang. Mumpung pandemi, kita harus benar-benar memperhatikan apa yang kita makan.
***
 

Selamat Hari Pangan Sedunia 16 Oktober 2021

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.