BILAN! BALIKIN SALAKKU!

komedi getir tentang Bilan dan salak

BILAN! BALIKIN SALAKKU!

 

Tugas Pertemuan ke 5 :

MENULIS TANPA IDE memanfaatkan 6 benda : Buku, Salak, Laptop, Wafer Superstar, Sprite dan Pulpen

 

Dalam hening sendiri jam satu pagi dikamar, aku asik menikmati potongan buah salak di tangan. Tiba tiba terdengar suara, "Bagi dong.. hi..hi..hi..hiii..". Aku menjerit kaget bak anak gadis hendak diambil keperawanannya. "Shit!".

Beberapa menit sebelumnya, setelah dua jam berselancar di dunia maya untuk mencari referensi yang diperlukan, aku mengambil waktu break. Kuatur mode saving energy LAPTOP-ku untuk 10 menit ke depan dan kuturunkan level brightness-nya hingga ke nol, gelap total. Rasa penat dan kantuk begitu kuat setelah menyusuri website demi website, belum lagi mengetik ulang rangkuman dari hasil riset yang kudapatkan.

Kubuka jendela kamar berhubung udara di dalam kamar terasa makin gerah. Agar lebih sejuk lagi, kuteguk saja SPRITE dingin yang telah agak berkurang dinginnya. Minuman ini kusukai karena mengingatkanku pada si mantan yang suka mengirimkan pesan WA penyemangat. 

"Ciayoo, you've got the Sprite, Beb!" tulisan itu dikirim di atas gambar botol Sprite yang dipegang Rocky Balboa dari film Rocky pertama lengkap dengan background gambar api yang berkobar. Maksud dia spirit, tapi diplesetkan menjadi merk minuman Sprite. Duh, jadi senyum-senyum sendiri kalo inget gambar dan tulisan itu. Nah masalahnya, habis minum terbitlah lapar.

Berhubung sudah hampir jam satu pagi, makan berat bukanlah pilihan yang baik. Tapi tenang saja, untuk hal ini sudah kusiapkan juga snack malam kesukaan: 2 bungkus WAFER Superstar dan 4 buah SALAK.

Wafer Superstar adalah snack kesukaanku sejak dari kecil, selain harganya yang affordable juga karena ada gambar Superman di bungkusnya. Setidaknya itu yang kuyakini saat aku kecil dulu meski kenyataannya itu adalah Superman KW.

Di jaman aku kecil, Superman itu tokoh favorit anak-anak di kampungku. Saking favoritnya, pernah tuh si Bilan, anak tetangga sebelahku, manjat tiang listrik sambil teriak-teriak, "Supermannnn.. Gede nanti aku mau jadi Superman!". Lalu dia mulai mengibarkan sayap yang dibuatnya dari sarung bapaknya. Semua orang di bawah panik terutama orangtua Bilan yang ngarepin anaknya nanti jadi PNS, bukan Superman. Dibujuk-bujuk turun, malah makin naik.

"Laaann, turun yah Laaan," pinta Bapak Bilan memelas.

"Ngga! Bilan mau terbang ke Dufan!" sergahnya. 

"Lan.. Dufan mahal, Monas aja yah? Nanti kita berdua ke Jakarta lihat Monas," jawab Bapak Bilan.

"Emak? Adik?," tanya Bilan

"Ga usah, mereka cukup ngeliat Monas dari TV pak RT aja," jawab Bapak Bilan

Plak!, Emak Bilan tiba tiba menepuk keras pundak suaminya.

"Ohh gitu yah? Gitu yahhh? Dari jaman pacaran sampai brojol anak 5, janjinya mau ngajak jalan-jalan ke Monas tapi ngga pernah kesampaian! Apa perlu aku kayak Bilan baru diajak ke Monas?" cecar Emak Bilan.

Bapak Bilan tampak gelagapan. Langsung saja Emak Bilan mencopot sendalnya, mencangkring rok dasternya, berlari menuju tiang listrik dan bersiap memanjatnya. Sontak seluruh warga kampungpun heboh, mereka berusaha menarik turun Emak Bilan, suasana tambah kacau. Dari atas tiang listrik, Bilan terkekeh melihat keramaian dibawahnya.

Butuh 3 menitan barulah Emak Bilan-pun kembali tenang dan suasana mereda. Selain karena disadarkan para tetangga, Emak Bilan mendadak keburu lemes duluan. Ternyata dia belum sarapan pagi, pantesan galak! Laper Cukkk!

"Lan, uda kamu mau apa sekarang? Sebutin aja, yang penting kamu turun, Nak," pinta Bapak Bilan.

Bilan yang mulai merasa bosan memeluk tiang listrik menunjuk ke arahku. Yah aku, bocah kecil yang sedang asik menikmati pertunjukan seru di depan mata sambil menggigiti buah Salak. Bapak Bilan melihat ke arahku, akupun melihatnya balik, kami saling bertatapan tanpa suara. Sreett!, bunyi ingusku yang meler kutarik ke dalam.

"Bilan mau Salak! Semuanya!" teriak Bilan.

Arah telunjuk tangan Bilan bergeser kebawah sedikit, menunjuk kantong plastik tembus pandang ditangan kananku yang berisi 3 buah salak. Salak yang dibelikan Ibuku di pasar barusan.

"Aduh Bilan, itu punya Gatot, jangan yah." jawab Bapak Bilan.

Bilan menjejak kakinya dan naik lebih tinggi, warga pun panik melihat posisi Bilan makin dekat dengan kabel listrik di ujung tiang. Tiba-tiba kantong plastik di tanganku diambil Ibuku dan disodorkan ke Bapak Dilan.

"Ini Pak, kasi buat anaknya biar turun", pinta Ibuku.

Aku pun menangis keras sembari menarik-narik rok Ibuku sebagai tanda protes namun aku tak digubrisnya. Bilanpun segera turun setelah dibujuk dengan sekantong salak itu, seluruh warga lega dan menepuki Bilan. Begitu menjejak tanah, Bilan segera dipeluk bapaknya yang menangis tersedu-sedu. Wargapun turut larut dalam suasana haru bahkan konon katanya, Pak RT bisa punya ide mengajak warganya berganti menanam salak gara gara kejadian ini. Pokoknya hari itu semua benar-benar gembira, semua? Tidak juga, masih ada aku yang berguling guling di tanah sambil berteriak meminta balik buah salakku, ngga ada yang peduli.

Jujur sampai sekarang aku masih yakin Bilan memang sengaja melakukan itu semua demi mengincar salak di kantongku, Yes, he did that with a purpose!. Tapi sudahlah, itu sudah ngga masalah lagi karena sehabis itu, Ibu membelikanku PULPEN yang ada gambar hologram Superman. Duhhh, senangnya bukan main sampai kupamerkan ke teman-teman sepermainan kecuali Bilan, yah, kecuali dia! Kenapa? Takut jadi motif dia manjat tiang listrik lagi!

Salak akhirnya jadi buah yang terlalu personal bagiku. Setiap kali membeli salak, aku auto jadi Gollum di film Lord Of The Ring. Kuambil salah satu salak di mejaku sambil kubisikkan, "My precious! My precious! Ha..ha..ha..". Sesudahnya salak itu kukupas dan mulai kunikmati pelan-pelan sambil menikmati udara pagi yang dingin. Kesendirian di kamar disertai hening malam bikin mood enak buat nulis atau nge-riset.

"Bagi dong.. hi..hi..hi.. hiii," tiba-tiba terdengar suara wanita diiringi tawa khas Kuntilanak kayak di film-film. Spontan aku melonjak panik dari kursi dan kucari kesana kemari termasuk melongok ke arah luar jendela, nihil! Tak ada siapapun! Sial, bulu kudukku mulai merinding, jantungku dag dig dug dhuerr.

"Bang Bokirrr, masak makan sendirian, bagi dong bang! Hi..hi..hi..hiiii..," sambung suara itu.

"Bokir?" tanyaku.

Segera kunaikkan brightness laptopku, kulihat laptop sedang mem-play potongan film horor lama yang sempat kutonton untuk riset. Aseeemm! Rupanya aku lupa kalo mode save energy yang kupilih itu, begitu timer-nya abis, dia auto nge-play video terakhir yang sempat ditonton. Kumatikan video itu, kututup rapat jendela kamarku dan kuatur nafasku lebih tenang. Lumayan juga sih, mendadak jadi udah ngga ngantuk lagi.

Setelah agak tenang, kutulis hal-hal apa yang belum dilakukan di atas BUKU catatanku lalu kutinggalkan di atas keyboard laptop untuk ke WC sebentar. Sekembalinya ke kamar, kuregangkan sedikit badanku dan berjalan ke arah meja kerjaku. Dan saat hendak duduk, wajahku mendadak tegang. Di atas buku catatanku, ada tulisan seperti tulisan anak kecil, bunyinya:

"AKU MAU SALAK! SEMUANYA! - BILAN".

Shiittt! 3 buah salak di mejaku sudah tiada!

"Bilannn! Uda matipun masih ngembat salakku! Balikin! Balikin salakku" teriakku penuh emosi sembari menatap ke langit-langit kamarku.

Yah, Bilan memang sudah almarhum setahun setelah peristiwa panjat tiang listrik itu. Dengar kabar terakhir, dia jatuh dari jembatan di atas jalan tol masih dengan sayap-sayapan Supermannya. Rest In Peace yah Lan, fly high and away.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.