Online Workshop, Zona Nyaman Baru (?)

Online Workshop, Zona Nyaman Baru (?)
Belajar membatik, salah satu kegiatan yang membangkitkan semua panca indera, mungkinkah kita mendapatkan hasil maksimal melalui workshop online?

Banyak yg menyebut kondisi selama beberapa bulan terakhir sebagai ‘normal baru’.  Sebagai manusia, kita adalah salah satu mahluk yg mudah beradaptasi. Kemampuan adaptasi manusia melampaui mahluk lain, karena menggunakan lebih dari sekedar insting, tapi juga akal sehatnya. Demikian pula dengan yang seharusnya terjadi dalam kondisi kita saat ini. 

 

Salah satu kekhawatiran kita saat kita dihadapkan dengan kondisi penuh keterpaksaan seperti sekarang adalah kehilangan interaksi dengan manusia lain, terutama rekan sebaya. Ini kami simpulkan juga saat bicara dengan anak-anak kami. Saat kami tanya, apa sih yg kamu paling kangenin saat ini, mereka menjawab: aku kangen ngobrol langsung dengan orang yg seusia denganku. Iya ya... interaksi langsung dengan manusia lain—no matter how introvert we are—memang perlu. Interaksi langsung membuat seluruh panca indera kita terbangkitkan tanpa terkecuali... 

 

Saya adalah penggemar workshop offline, karena semua panca indera kita gunakan, plus interaksi dengan manusia. Bukan soal haha-hihi-nya saja sih, tapi ketika semua panca indera kita digunakan, materi apapun yg diberikan dengan mudah melekat, dan ketika nanti kita mencobanya lagi sendiri, ingatan yg melekat itu dibangkitkan dengan sensasi yg dirasakan oleh indera kita. Contohnya ikut workshop offline memasak, hmm bawang putihnya harus seharum ini sebelum bahan lain masuk. Atau, ketika ikut latihan yoga offline. hmmm otot yg ‘kerja’ harusnya ini dan itu, terasanya harusnya di sini, alignment yg benar adalah seperti ini (teringat saat instruktur membetulkan posisi kita). Atau ketika ikut workshop membatik offline, oooh apinya harus seperti itu ya, oooh bau malam gosong itu seperti ini ya... 

 

Dan sejak Maret 2020, saya dipaksa keluar dari zona nyaman ini...  Sebelum Maret 2020, saya cenderung jadi peserta pasif di workshop online. Karena kecanggihan teknologi, terkadang banyak peserta workshop online yg ujug-ujug menanyakan sesuatu yg sebetulnya sudah ada di materi yg diberikan oleh instruktur, atau sudah terlalu nyaman mengikuti jalannya workshop jadi enggan beranjak ke aplikasi peramban untuk mencari informasi lebih lanjut atau ya karena mengikutinya sembari melakukan hal lain seperti ingin menjadi Dewi Durga, dewi cantik bertangan banyak. Meskipun laman wikipedia jg bukan rujukan paling kredibel, setidaknya dari situ kita bisa merujuk ke laman/publikasi lain yg lebih shahih, lebih mumpuni, mulai baca lagi, dan bila ngga ngerti, tanya ke guru kita. Saya pribadi memilih menulis kembali semua instruksi di WAG Workshop di atas kertas (bukan soft copy) karena menulis membantu saya mengingat. Metode ini juga saya pakai saat saya bekerja sebagai juru bahasa, baik secara simultaneous/consecutive

 

Memang ada banyak keterbatasan dari workshop online, beberapa diantaranya adalah terbatasnya kemampuan kita membaca bahasa tulisan, cenderung tidak membaca sampai tuntas, tidak hanya percakapan tapi juga instruksi yg ada di WA Group tempat workshop itu berlangsung. Periode bekerja/belajar di rumah saat ini jadi masa yg tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca/memahami tulisan dan ketelitian. Libatkan indera lain dalam tubuh kita untuk memudahkan proses belajar. 

 

Tak hanya itu, kita juga diberi kesempatan seluas-luasnya untuk belajar salah satu hal yg amat diperlukan: manajemen waktu, apalagi ketika waktu untuk menglaju tidak lagi perlu kita luangkan. 

 

Siap beranjak dari zona nyaman?

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.