GOWES & MIMPI UANG SEKOPER

Gowes di tengah keramaian lalulintas adalah pe-er tersendiri di kota-kota besar. Saya coba kisahkan di sini. Tapi, apa hubungannya dengan uang sekoper? Yuk, baca deh ...

GOWES & MIMPI UANG SEKOPER

 

Sebagai goweser, tentu kita tidak suka dong kalau ada motor atau mobil coba halangi atau ganggu perjalanan kita yang hanya dengan kendaraan tanpa mesin. Ya kan? Nah, di kota-kota besar sepertinya sulit untuk menghindari itu. Apa yang harus dilakukan … ya sabar.

Sore tadi, Senin, 20 September 2021, saya baru mulai gowes lagi setelah 4 hari tepar di rumah. Ceritanya, untuk memulihkan stamina deh. Gowes-gowes sore atau GGS di sekitar rumah, kawasan Jatiasih, Bekasi (pagi hari, masih belum fit bener).

Karena sudah sore, jalan raya ramai dan macet (Senin, cuuyy). Saya pun mengalami dua kali kejadian yang menuntut kesabaran saya dengan para pemotor dan pemobil (bener gak nih istilah?).

Yang pertama, dengan para pemotor. Biasa deh. Mereka naik trotoar dan berhadap2an dengan saya yang cuma gowes. Memang saya lawan arus. Tapi, rasanya tidak ada larangan naik sepeda di trotoar. Saya sendiri pula. Tidak menyebabkan kemacetan, pun tidak mengancam jiwa pejalan kaki yang memang kebetulan sore itu sepi, tidak ada pejalan kaki. Itu pun saya pelan-pelan karena harus berhadapan dengan beberapa pemotor di atas trotoar.  

Anehnya, sudah melihat ada yang gowes, ee … mereka tetap aja geber gas. Saya pun sengaja tidak mau minggir, gowes perlahan dan tetap di tengah trotoar. Mereka yang harus minggir, menurut saya. Karena trotoar bukan jalan utk motor. Seperti menantang sih … dan kesannya berani. Padahal siiihhh … dalam hati … ya Alllaaahhh … lindungi hamba ini ya Alllaaahhh … bukakan hati mereka para pemotor itu ya Alllaahh … jangan naik trotoar ‘napah!!!

Yang kedua, saat mau menyebrang di pertigaan besar lampu merah. Saya menyeberang saat kondisi jalan dari arah kanan saya sudah mulai lengang. Saya pun angkat tangan tinggi dengan merentangkan 5 jari tangan kanan tanda minta jalan dan sekaligus kode ‘pelan-pelan dong, ekye mau lewat nih’. Sementara tangan kiri menuntun sepeda.

Saya tahu bahwa dari arah kanan itu lampu LL tidak merah, tapi kuning berkedip yang bermakna ‘perlahan’. Eeee .. ada satu mobil jenis city car putih, seperti Jazz atau Kia Rio, bukan memperlambat lajunya, malah kasih lampu dim berkali-kali. Saya pun, lagi-lagi, sengaja berjalan pelan dan tenang (kalau slow-motion keren banget deh … )

Kesannya berani dan seperti menantang. Padahal siihhh … dalam hati … ya Alllaaahhh … lindungi hamba ini ya Alllaaahhh … bukakan hati yang bawa mobil putih itu ya Alllaahh … jangan kasih lampu dim ‘napah. Kalau mau ngasih tuh, ya mbok ya duit sekoper kayak om Deddy Corbu itu lohh!!! Haha …

 

 

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.