REP REP

#HW5 MTI

REP REP

HW5 -
Cast :
1. Perahu 
2. Alien
3. Telanjang
4. Darah
5. Ranjang 
6. Kopi

_Hoaaammmm_ ....

Aku menguap sambil menutup mulutku. Sudah hampir 8 jam mata ini melototin layar laptop, badan pegel linu, kepala cenat-cenut, organ dalam macam hepar, empedu, jantung sudah nyaris kolaps jika aku masih memaksakan mereka bekerja karena alarm tubuh kelelahan sudah berbunyi.

Akhirnya, kurebahkan tubuh ini di atas RANJANG bersama empuknya kasur yang  posesif, memanggil penat dan letihnya tubuh kompak dengan _bestie-bestie_-nya si bantal dan guling saling merayu dengan mesra mengajakku bercengkerama sejak 1 jam yang lalu.
Kupejamkan mata sebentar, dan tak butuh waktu lama akhirnya aku tak sadar untuk beberapa saat, hingga tiba-tiba aku terjaga, karena kurasakan ujung jari-jari kakiku terasa dingin.
Kupaksa diriku untuk bangun, walau rasanya berat sekali untuk mengangkat sebelah kaki saja.

_Tapp_

Kujatuhkan kaki kanan ke lantai, tapi kurasakan ada yang aneh dengan lantainya. Tekstur yang kuinjak seperti bukan lantai, terasa agak kasar dan basah, lalu ku jatuhkan kembali kakiku yang kiri ke lantai. Kok rasanya masih sama dengan yang sebelumnya, ya? Kurasakan tekstur kasar dan basah.

"Ihhhh ... apa ini???" gumamku dalam hati, sambil kubuka sedikit kelopak mata kiriku, mengintip untuk memastikan kedua kakiku menginjak lantai kamar.

Sejenak aku terkesiap!!!

"Whoaaa!" Dan kedua mataku membuka lebar. "Aku di mana??? Benda apa ini yang kuinjak, dan kenapa aku bisa ada di sini???"

Pikiranku berkecamuk, aku masih terbingung-bingung. Sampai akhirnya aku pulih dari kekagetan ini, dan akhirnya tahu di mana aku berada sekarang.

"PERAHU? Kenapa aku bisa di dalam benda ini? Seingatku baru beberapa menit yang lalu aku jatuh ke pelukan posesif si kasur, bantal, dan guling. Kenapa bisa tiba-tiba aku terdampar di dalam sebuah PERAHU???"

"Ini pasti mimpi!" Aku terus mengulang-ulang kata-kata itu di dalam hatiku, berharap aku bisa terbangun dari mimpi aneh ini. Namun, kutunggu-tunggu aku tak kunjung bangun juga. Akhirnya dengan sisa tenaga yang ada ku lakukan usaha terakhir, aku cubit lenganku dengan keras.

"Aw!" Sakit ternyata. Huhuhuhu ... ternyata ini nyata. Aku tidak sedang bermimpi, sampai sini aku sudah mulai panik. 

"Ya Tuhan, apakah ada yang menculik aku saat aku tertidur lelap? Tapi siapa? Mengapa? Dan bagaimana caranya? Kamarku terkunci rapat dari dalam, bagaimana bisa si penculik ini menaruhku di dalam sebuah PERAHU yang sedang melaju ini? Apa motifnya? Benar-benar di luar nalar dan akal sehatku kejadian ini." Aku lihat sekelilingku, tidak ada satu orang pun di sini. Aku sendiriaaaannn pemirsahhh??? Hwaaah! Makin paniklah aku dan dengan spontan aku berteriak, "TOWLOOOOOOONGGG! ANYBODY PLEASE HEEEELLLPPPPP!" Tidak ada respons dari siapa pun. Aku berharap aku bertemu dengan makhluk hidup apa pun itu. Binatang liar, setan, hantu, kuntilanak, bahkan jika ada ALIEN sekalipun merespons teriakanku pasti kusambut dengan penuh rasa syukur. Itu pertanda aku tidak sendirian di sini. Sebanyak apa pun aku ulangi teriakanku tidak ada seorang atau satu makhluk hidup pun yang menjawab bahkan menghampiriku. Hingga pada akhirnya aku lelah, dan hanya bisa terduduk pasrah sambil berdoa. 

"Tuhan, tolong apa pun yang akan aku lewati, lindungi aku. Masih banyak tanggungan cicilan yang harus kubayar, belum lagi project dari beberapa klienku yang belum rampung aku selesaikan. Tolong aku, Tuhan. Selamatkan aku dari apa pun kejahatan yang ada di depanku ini."

Aku terus berdoa dan mulutku tak henti berdzikir sampai aku rasakan kelelahan yang sangat serta dadaku agak sesak. Aku terus berteriak lirih meminta tolong dan 

_Bukkk_

Kurasakan hantaman di pelipisku. Rasanya pedih dan sakit!

Dan aku tak sadarkan diri kembali.

"Kak ... Kak ... Kakak ... bangun, Kak!" Aku  merasakan ada yang mengguncang-guncang tubuhku pelan, lalu ada tangan meraba dahiku. "Ihhh, jidat kakak berDARAH, nih! Tolong kapas sama betadine, dong!" seru suara itu, terdengar sangat khawatir. Tangan itu kurasakan sibuk membersihkan sesuatu di dahiku. 

"Mamiiiii ... bangunn, mamiiiii!" Kudengar ada sebuah suara lagi berteriak, dan suaranya terdengar panik tapi juga sangat akrab di telingaku, seperti suara anak bungsuku. Aku girang bukan kepalang. "Ah, akhirnya anakku datang untuk menolongku!" Aku rasakan kedua kaki TELANJANGku dipijit-pijit entah oleh siapa. Makin lama pijitannya terasa makin kuat dan keras kurasakan sakit sekali pijitannya di ujung kakiku. Sampai akhirnya aku tak kuat menahan rasa sakitnya. Aku berteriak kerasss. "Aduhhhhhh ... Aw!!! Jangan keras-keras mijitnya, donggg. Sakiittttt inihhh." Demikian jeritku.

"Alhamdulillaaaahhhh!" Tiba-tiba banyak suara di sekelilingku mengucap syukur dan beberapa di antara mereka menarik napas lega.

Aku buka kelopak mataku lebar-lebar dengan susah payah, dan aku melihat beberapa wajah penuh kebingungan dan khawatir. Ya wajah adikku, si bungsu, asisten rumah tanggaku juga ada beberapa orang yang sepertinya aku tahu wajahnya tapi lupa namanya, mereka semua berkumpul di samping kanan-kiri RANJANG tempatku berbaring. Aku reflek terbangun. Masih kebingungan dengan apa yang terjadi pada diriku.

"Aku kenapa? Mami kenapa dek?" tanyaku pada adik dan anak bungsuku.
Mereka semua saling bertatapan satu sama lain, melihat aku kebingungan.

"Kasih tau gak, nih?" tanya adikku sambil matanya melirik gugup ke arahku.

"Kakak tenang dulu, ya. Nanti aku ceritain dari awal. Ini Kakak minum air putih dulu, deh." Sambil disorongkannya sebuah gelas berisi air putih ke arahku, dan aku meneguknya sedikit demi sedikit hingga isi gelas air putihnya tersisa setengah.

"Jadi begini ceritanya, Kak. Aku tuh tadi mau masuk kamar Kakak, tapi pintunya ternyata terkunci. Aku pikir Kakak tidur, tapi karena mau Magrib aku ketuk dan coba untuk bangunkan Kakak. Tapi Kakak gak bangun-bangun. Baru aku mau beranjak dari depan kamar, tiba-tiba aku dengar kakak berteriak minta tolong dan suaranya keras sekali. Padahal sebelumnya aku ketuk tapi gak ada respons. Lalu aku gedor-gedor lagi pintunya minta Kakak buka, tapi Kakak gak bukain. Lalu aku tidak lagi mendengar suara teriakan Kakak. Aku panik dan takut langsung ku panggil Dek Agi, dan aku telfon Mitha, Ides, dan Dira kawan-kawanku, untuk datang ke sini khawatir ada sesuatu terjadi dengan Kakak. Entah apa yang terjadi dengan Kakak di dalam sana, lalu aku dan teman-temanku sepakat untuk mendobrak pintu kamar Kakak, dan pintunya berhasil terbuka. Lalu kami temukan kakak sudah terbaring di bawah RANJANG tempat tidur, kepala kakak sedikit terluka kena ujung RANJANG sepertinya. Begitu, Kak. Jadi, sebetulnya Kakak ini kenapa?" Sekarang mereka yang balik bertanya padaku.

Aku hanya bisa terdiam sesaat lalu berpikir sejenak. Hmm ... jadi aku barusan itu tertidur menjelang Magrib ternyata. Yayayaya ... baru paham aku sekarang, sebenarnya dari awal aku sudah berusaha keras menahan kantukku, karena aku tak mau melanggar 'waktu keramat' untuk tidur.

Dan aku yakin sekali kalau tadi itu aku pasti bermimpi, tapi kenapa kejadian yang aku alami tadi rasanya nyata sekali, ya?hantaman di kepala, luka ber-DARAH di dahi? "Hmm ... sepertinya aku kurang minum KOPI."

Loh, apa hubungannya? Ada hubungannya, pembaca sekalian. Hehehe. Silakan Anda simak penjelasan di bawah ini dengan seksama.

Mungkin menurut sebagian dari kalian yang awam akan berpikir antara KOPI dan Maghrib tidak ada hubungannya. Namun, buatku kedua objek tersebut memiliki korelasi yang erat dengan peristiwa yang baru saja aku alami. Bingung, yaaa? Sama aku juga, xixixixi.

Aku akan jelaskan pelan-pelan, semoga kalian menyimak dengan baik. Saat aku masih kecil, nenekku dan ibuku melarang keras kita untuk tidur menjelang Magrib. Jika terlihat tanda-tanda kantuk menyerang anak-anaknya, di saat waktu habis Ashar jelang Magrib, ibuku akan buru-buru membuatkan segelas kopi dan menyuruh kami untuk meminumnya biar hilang kantuknya. Karena untuk orang-orang jaman dulu, waktu Ashar jelang Magrib adalah waktu terlarang untuk tidur, bisa kena "rep-rep" begitu kata Nenek juga ibuku. Nah, sepertinya aku kurang minum KOPI, jadi akhirnya kejadianlah peristiwa di luar Nurul, ehh Nalar itu. Hahahahah. Untung aku selamat. Alhamdulillah!

Kalian tahu, dunia ini bergerak seperti sebuah misteri yang tidak akan pernah bisa kita pahami. Tapi kita selalu akan menemukan ruang yang akan mengantarkan kita pada jawaban-jawaban yang kita cari. Bagi saya, hanya ada satu hal yang ingin saya tuju dan saya lakukan, yaitu berbagi banyak hal yang bermanfaat untuk banyak orang, tentu saja tidak ketinggalan dengan ditemani secangkir KOPI. Di mana saya bisa merasakan semua aroma kehidupan. Aroma yang bisa mengantarkan saya untuk bisa menemukan diri saya yang sebenarnya, meskipun tidak ada siapa pun yang tahu tidak terkecuali saya sendiri. Apa maksud dan tujuan Tuhan menurunkan saya ke dunia. Namun, satu yang saya pahami bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk hidup berdampingan dengan makhluk lainnya yang ada di seluruh muka bumi. Itulah kenapa hidup disebut misteri, karena kita tidak pernah tahu kapan hidup bisa terus berlangsung dan berpihak kepada kita. Jadi, semua yang saya lakukan di sini adalah salah satu ikhtiar hidup untuk mencapai tujuan hidup yang sebenar-benarnya. Dan ingat! Jangan pernah tidur jelang Magrib, ya.

Sekian semoga cerita ini bermanfaat!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.