DEBU JAKARTA

DEBU JAKARTA
courtesy: https://unsplash.com/@sensyders

Sudah setahun lama nya aku tidak menulis, bulan ini menjadi tahun pertama lagi aku mulai merangkai kata-kata. Pernah aku berpikir pada suatu masa. Riak ruang pikiran ini selalu menuntunku untuk meemulai menulisnya lagi.

Ya, itu adalah ketika kehidupan ku ketika remaja yang memutuskan merantau ke Jakarta. Adakah kalian pernah berpikir kalau namanya anak remaja itu penuh dinamika dan banyak maunya?

Anak paguyuban ini mencoba meraih mimpi dengan bertarung di jantung ibu pertiwi. Raga nya cukup kuat untuk menopang beban, dadanya begitu tegap untuk membusung kan badan, lengan nya begitu sigap, dan pandangannya lurus kedepan.

Apa-apa dia kerjakan sendiri, tanpa berpikir panjang lagi berlagak penuh aksi. Disuatu masa kembali akan nostalgia tapi kehidupanku tak semenarik cerita-cerita di ramayana.

Aku yang masih bergelut dengan waktu, tapi masih dengan memikirkan isi di kepalaku. Semua yang membebaniku kulepas satu persatu dan kujadikan untai tersebut hilang dielan zaman.

Sekarang mari kita ubah cara pandang kita, manusia layaknya sebuah deru dia bisa hilang layaknya abu yang tersapu. Yang pernah berjalan, pasti akan merasakan kesulitan untuk berkutat dan bergulat dengan zaman.

Tapi mau gimana lagi? kalau yang namanya sedih jika ditahan sendiri pasti akan meninggalkan luka di hati. Itulah mengapa aku ingin pergi untuk mencobanya sekali, ya satu kali saja aku mencoba, bahkan jika perlu berulang kali pun tak apa.

Antara kiri dan kanan semua hanya angan khayalan. Kadang hidup itu harus memilih meski terkadang opsi nya tidak seindah lagi.

Sekarang kembali lagi ke kota ku ini. Salah satu yang menjadi gurat perjalanan hidup. Oh aku rasanya ingin lagi tapi untuk apa mencari jika kau tak tau kemana harus pergi.

 

Layak nya titik atau pun debu

bahkan hidup pun bisa terasa lucu, meski terkadang pilu

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.